About


Monday, November 25, 2013

Biter #1 - Prologue



BITER #1 RISE OF THE VIPER
         STORY OF THE BITERS CHARACTER
PROLOGUE

            Bulan purnama bersinar terang diantara bintang – bintang yang indah. Sinar putih ke merah – merahan menerangi dua kubu yang siap untuk bertarung. Dengan melihat perbandingan yang amat jauh, keempat master tetap ngotot pada pendiriannya. Kekuasaan bukanlah tujuan utama pertarungan. Tahta juga bukan sebagai taruhan. Lalu, apa sebenarnya yang mereka inginkan?
            Kekuatan?
            Atau kemenangan semata?
            Kedua belah pihak saling percaya akan ideologi mereka masing – masing. Pertentangan antara kekuatan alam dengan teknologi untuk menentukan siapa yang berhak meneruskan nasib bumi ini. Menurut mereka, bumi bukan tempat bersanding yang cocok.
            Dengan senjata canggih dan jumlah pasukan yang banyak, para tentara gabungan Atlantis dan Viking itu sangat percaya akan kemenangan yang tinggal sejengkal.
Namun, sekalipun sejuta orang yang akan berperang bersama Franco, Raden sebagai pimpinan para master elemen tidak gentar sedikitpun. Dengan kekuatan alam yang dimiliki oleh keempat master, bukannya tidak mungkin mengalahkan mereka hanya dalam hitungan detik. Tapi, mereka adalah seorang pemimpin alam. Tidak etis jika mereka berbuat sesadis itu.
Raden mencoba berunding dengan Franco terlebih dahulu agar memurungkan keinginannya untuk membuat senjata – senjata canggih yang hanya akan merusak dan menghancurkan bumi.
Sebagai salah seorang master, Ezcterno lah yang paling tersinggung dalam hal ini. Bagaimana tidak! Ezcterno adalah seorang master tumbuhan yang sangat menyayangi tanaman – tanaman hijau yang tumbuh alami, menciptakan keindahan tersendiri baginya.
Yah..., apa boleh buat. Franco yang berposisikan jenderal berwatak keras itu tetap pada pendiriannya. “Apa kau takut pada kami pecundang?” katanya kepada Raden.
Kata – kata kasar yang dilontarkan kepada Raden hanya menjadi angin semilir yang berhembus begitu saja. Ia bahkan sempat diludahi oleh tentara Franco yang membuat Steven sempat marah.
“Ok..., jadi itu keputusannya ya.” kata Raden.
“Apa kau segitu takutnya padaku sampai – sampai kau membuang – buang waktumu untuk menikmati dunia ini selagi bisa?”
Suasana mulai memanas saat Franco melontarkan kata – kata pedas yang menyinggung teman – temannya itu. Ia mulai yakin bahwa itu memang harus diselesaikan lewat pertarungan.
“Raffael, siapkan dunia cermin. Ini akan menjadi sangat kacau.” kata Raden.
“Akhirnya kita bertarung juga ya.” tangan Steven sudah gatal sejak tadi.
“Butuh berapa menit untuk menyelubungi dunia ini Raffael?” tanya Raden untuk segera bersiap.
“Aku butuh sedikit lebih banyak untuk urusan dimensi daripada teleportasi.” Jawab Raffael.
Melihat peluang emas ini, Snipers segera menembakkan pelurunya tepat ke jantung Raden. Sshut....., bunyi senapan laras panjang yang diberi peredam menambah akurasi peluru yang menuju kearah Raden.
Raden sempat mendengar bunyi senapan itu meski menggunakan peredam sekalipun. Jelas itu sebuah peluru yang menuju kearahnya. Spontan ia menghindar. Sayang, ia tidak cukup cepat untuk lolos dari tembakan itu. Beruntung peluru itu tidak tepat mengenai jantung Raden. Tatapi tetap saja. Peluru yang bersarang di tubuhnya itu membuat ia sedikit kehilangan keseimbangan.
Mulailah tentara Franco membombardir para master elemen. “Luncurkan misile kearah Raffael dulu. Ia sedang melakukan sesuatu!” kata Franco menatap pasukannya.
Seluruh pandangan mulai tertuju ke Raffael. Misil – misil mulai diterbangkannya. Meskipun laju misil – misil itu terlihat lamban bagi Raffael, Raffael tidak bisa melepas segelnya. Tiba – tiba Ezcterno berlari kedepannya dan segera membuat benteng kayu yang kuat.
“Awas Raffael.” kata Ezcterno sambil berlari menuju Raffael.
“Jangan Ezcterno, kau terlambat. Tak ada wa.....Ezcterno!” panik.
“Argh...!” geram Ezcterno terpelanting akibat misil – misil yang mencoba ia hadang.
“Ezcterno! Sialan kalian semua!” kata Steven menatap tajam pasukan Franco.
Steven tiba – tiba terbang ke atas kerumunan tentara Franco. Ia bermaksud untuk membuat badai yang sangat dasyat. Seketika langit berubah hitam kelam. Petir mulai menyambar dan angin puting beliung mulai berputar menghantam pasukan Franco.
Sementara itu, Ezcterno segera lari menuju Raffael dan menutupinya dengan cawan kayu yang kuat. Sungguh gelap didalam sana. Hanya getaran tanah yang dapat mereka rasakan. Dengan hati gelisah, Ezcterno hanya bisa menunggu Raffael selesai membuat dunia cermin.
“Nah, selesai Ezcterno. Kau tidak apa – apa kan?” melihat cemas kondisi Ezcterno.
“Aku tidak apa – apa.” jawab Ezcterno dengan nada datar.
“Sekarang ayo kita keluar dan menghabisi mereka semua.” kata Raffael tak sabar.
Keluar dari cawan, sungguh terkejut melihat keadaan Steven yang berlumuran darah. Terlihat banyak luka tembak di tubuhnya tapi ia masih mengambang di udara.
“Kakak.....!” teriak Raffael.
Melihat kondisi Steven yang parah, Ezcterno dan Raffael segera menuju ke tempatnya.
“Raffael...!” kata Raden merintih kesakitan.
“Raden..., ada apa? Cepat katakan!” membentak – bentak Raden tak sabar ingin segera membunuh tentara Franco.
“Teleportasikan sisa prajurit Franco ke sabana disana! Aku akan mengurus sisanya.” Sambil menunjuk sabana yang dimaksud.
Tanpa pikir panjang, Raffael segera menteleportasikan sisa prajurit Franco beserta Franco didalamnya. Dalam hitungan detik, mereka sudah berpindah ke sebuah sabana luas nan hijau.
“Kita dimana ini?” kata para prajurit Franco bimbang.
“Tetaplah waspada, ini mungkin perangkap!” kata Franco memperingati pasukannya.
Tak lama kemudian Raden muncul.
“Terkejut melihatku Franco?” dengan luka yang parah berusaha menyembunyikan rasa sakitnya itu.
“Kau....! Sialan kau!” teriak Franco sambil menggeram gemas.
“Sekarang matilah bersamaku...! Franco...!” teriak Raden mengerikan.
Sekejap setelah terdengar bunyi ledakan keras, sabana itu berubah menjadi gurun pasir halus. Raffael hanya dapat melihat Raden mati bersama Franco dan tentaranya. Tak disangka. Semuanya menjadi pasir yang dingin.
Sementara itu Steven juga berniat mengakhiri hidupnya bersama dengan sisa para penduduk Atlantis dan Viking. Ia menggunakan kekuatan terakhirnya untuk membumi hanguskan kota Atlantis itu.
Bumi bergoncang. Laut membelah. Langit – langit seperti mau runtuh. Petir menyambar dimana – mana. Angin puting beliung mengobrak – abrik bangunan – bangunan Atlantis. Yang tersisa  hanya puing – puing reruntuhan semata. Tak terlihat tanda – tanda Steven disana.
“Steven....Steven...!” teriak Ezcterno khawatir.
Berjalan menyusuri kota tanpa menemukan tanda – tanda dari Steven membuat Ezcterno makin cemas. Ia terus menyusuri kota dan berharap agar Steven masih selamat dari insiden yang ia buat sendiri.
“Steven bodoh! Aku yakin ia selamat! Tapi.....Aaaah, aku yakin ia pasti selamat!” mencoba meyakinkan diri berulang kali.
Tapi apadaya, terlihat dari kejauhan pedang Steven menancap kuat di tanah. Spontan ia segera menuju kesana. Sebuah pedang dan seutas kalung yang tidak diragukan lagi itu adalah milik Steven. Ia pun merasa sedih. Bagaimana ia mengatakan hal ini kepada Raffael?
Sementara itu, Raffael juga tak tau harus mengatakan apa pada Ezcterno. Ia juga tidak tau kalau kakaknya mati bersama penduduk Atlantis.
Perang pun usai saat pagi menjelang. Tak satupun bunyi angin membuat suasana makin mencekam. Raffael dan Ezcterno akhirnya bertemu kembali. Awalnya, Raffael ingin melarikan diri dan menyimpan rahasia itu rapat – rapat. Tapi setelah ia mendengar kematian kakaknya di kota Atlantis, badannya langsung lemas seraya mau pingsan. Ia pun mengatakan bahwa Raden juga meninggal.
“Bagaimana dengan dunia cerminnya?” kata Ezcterno dengan serius.
“Maaf, dunia cerminku hancur akibat pertempuran tadi.” jawab Raffael dengan wajah murung.
“Sial! Semuanya sia – sia.” kata Ezcterno dengan raut muka agak kesal.
“Maafkan aku...., aku hanya......” Raffael mengelak.
“Aku tak kan membuat pengorbanan Steven dan Raden sia – sia.” kata Ezcterno.
Ezcterno tiba – tiba berubah menggunakan mode masternya. Ia bermaksud untuk memperbaiki kesalahannya yang membuat bumi porak poranda meskipun tidak semuanya begitu. Tapi, rasa bersalah tetap ada pada diri Ezcterno.
“Apa yang kau lakukan Ezcterno?” Tanya Raffael cemas.
“Aku akan memperbaiki kesalahanku!” berteriak kepada Raffael. “Aku akan menyatu dengan alam dan membuat bumi hijau kembali!”
“Tapi bagaimana dengan ku? Apa kau mau meninggalkanku sendirian?” Raffael merasa bingung.
“Tidak Raffael......! Aku tak kan meninggalkamu. Aku hanya menyatu dengan alam ini. Kau akan tahu bagaimana cara memanggilku suatu saat nanti.” Kata Ezcterno mulai menghilang.
“Tapi.....”
Ezcterno menghilang menjadi dedaunan yang gugur beterbangan. Tumbuhan mulai muncul dari permukaan tanah seiring dengan hilangnya Ezcterno yang meninggalkan Raffael sendirian.
Sekarang Raffael sendirian. Ia tertegun melihat semua teman – temannya meninggalkannya sendirian. Ia tak tahu harus kemana. Biasanya, ia bertindak sesuai misi yang di berikan. Tapi sekarang, tak ada misi yang dapat ia jalankan.
Ia memutuskan untuk terus berjalan mengitari bumi. Rasa putus asa yang sangat kuat sesekali menyuruhnya untuk bunuh diri saja. Tapi, ia teringat perkataan Ezcterno. “Aku akan memperbaiki kesalahanku!” kata itu yang terus mendengung di telinga Raffael. Dengan berjalan terpondong – pondong, ia akhirnya beristirahat di sebuah pohon yang rindang nan besar.
Ia berpikir tentang kesalahannya waktu itu. Tak terasa, air mata melinang di pipinya. Ia mencoba mengusap air matanya dengan lengan sebelah kanannya. Tak disadari, ia telah memegang pedang dan kalung yang dimiliki oleh ketiga temannya itu. Dengan penuh rasa bersalah ia memandangi ketiga pedang milik temannya itu.
Setelah lama memperhatikan ketiga pedang itu, tiba – tiba Raffael berdiri cepat. Terlihat ekspresi muka yang berbeda tak lagi murung. Ia sepertinya memiliki inisiatif baru yang membuat ekspresinya spontan berubah serius.
Tak disangka, ia memasukkan aksesoris ketiga temannya itu kedalam sebuah dimensi dan membuangya ke penjuru – penjuru dunia. Ia berharap suatu saat akan ada orang yang berjuang bersamanya lagi. Tetapi, kalau pun mereka jatuh ketangan orang – orang jahat, Raffael tak kan segan – segan membunuh dan mengambilnya kembali.
Nah, tujuan baru sudah didapat. Petualangan melintasi waktu yang terus berputar membuat Raffael menemukan hal – hal baru. Ia yakin, bahwa ia akan menemukan seseorang yang memiliki kekuatan sepertinya. Seorang yang ia yakini akan mengembalikan kehormatan para master. Seorang yang akan berjuang bersamanya. Seorang yang akan menjadi temannya. Seorang BITERS.














*********




1 comment:

NO SARA
NO ribut
dan no coment :D