BITER #1 RISE OF THE VIPER
STORY OF THE BITERS CHARACTER
PROLOGUE
Bulan purnama bersinar terang
diantara bintang – bintang yang indah. Sinar putih ke merah – merahan menerangi
dua kubu yang siap untuk bertarung. Dengan melihat perbandingan yang amat jauh,
keempat master tetap ngotot pada pendiriannya. Kekuasaan bukanlah tujuan utama
pertarungan. Tahta juga bukan sebagai taruhan. Lalu, apa sebenarnya yang mereka
inginkan?
Kekuatan?
Atau kemenangan semata?
Kedua belah pihak saling percaya
akan ideologi mereka masing – masing. Pertentangan antara kekuatan alam dengan
teknologi untuk menentukan siapa yang berhak meneruskan nasib bumi ini. Menurut
mereka, bumi bukan tempat bersanding yang cocok.
Dengan senjata canggih dan jumlah
pasukan yang banyak, para tentara gabungan Atlantis dan Viking itu sangat
percaya akan kemenangan yang tinggal sejengkal.
Namun, sekalipun sejuta orang yang akan
berperang bersama Franco, Raden sebagai pimpinan para master elemen tidak gentar
sedikitpun. Dengan kekuatan alam yang dimiliki oleh keempat master, bukannya tidak
mungkin mengalahkan mereka hanya dalam hitungan detik. Tapi, mereka adalah
seorang pemimpin alam. Tidak etis jika mereka berbuat sesadis itu.
Raden mencoba berunding dengan Franco
terlebih dahulu agar memurungkan keinginannya untuk membuat senjata – senjata
canggih yang hanya akan merusak dan menghancurkan bumi.
Sebagai salah seorang master, Ezcterno
lah yang paling tersinggung dalam hal ini. Bagaimana tidak! Ezcterno adalah
seorang master tumbuhan yang sangat menyayangi tanaman – tanaman hijau yang
tumbuh alami, menciptakan keindahan tersendiri baginya.
Yah..., apa boleh buat. Franco yang
berposisikan jenderal berwatak keras itu tetap pada pendiriannya. “Apa kau
takut pada kami pecundang?” katanya kepada Raden.
Kata – kata kasar yang dilontarkan kepada
Raden hanya menjadi angin semilir yang berhembus begitu saja. Ia bahkan sempat
diludahi oleh tentara Franco yang membuat Steven sempat marah.
“Ok..., jadi itu keputusannya ya.” kata
Raden.
“Apa kau segitu takutnya padaku sampai –
sampai kau membuang – buang waktumu untuk menikmati dunia ini selagi bisa?”
Suasana mulai memanas saat Franco
melontarkan kata – kata pedas yang menyinggung teman – temannya itu. Ia mulai
yakin bahwa itu memang harus diselesaikan lewat pertarungan.
“Raffael, siapkan dunia cermin. Ini akan
menjadi sangat kacau.” kata Raden.
“Akhirnya kita bertarung juga ya.”
tangan Steven sudah gatal sejak tadi.
“Butuh berapa menit untuk menyelubungi
dunia ini Raffael?” tanya Raden untuk segera bersiap.
“Aku butuh sedikit lebih banyak untuk
urusan dimensi daripada teleportasi.” Jawab Raffael.
Melihat peluang emas ini, Snipers segera
menembakkan pelurunya tepat ke jantung Raden. Sshut....., bunyi senapan laras
panjang yang diberi peredam menambah akurasi peluru yang menuju kearah Raden.
Raden sempat mendengar bunyi senapan itu
meski menggunakan peredam sekalipun. Jelas itu sebuah peluru yang menuju
kearahnya. Spontan ia menghindar. Sayang, ia tidak cukup cepat untuk lolos dari
tembakan itu. Beruntung peluru itu tidak tepat mengenai jantung Raden. Tatapi
tetap saja. Peluru yang bersarang di tubuhnya itu membuat ia sedikit kehilangan
keseimbangan.
Mulailah tentara Franco membombardir
para master elemen. “Luncurkan misile kearah Raffael dulu. Ia sedang melakukan
sesuatu!” kata Franco menatap pasukannya.
Seluruh pandangan mulai tertuju ke
Raffael. Misil – misil mulai diterbangkannya. Meskipun laju misil – misil itu
terlihat lamban bagi Raffael, Raffael tidak bisa melepas segelnya. Tiba – tiba
Ezcterno berlari kedepannya dan segera membuat benteng kayu yang kuat.
“Awas Raffael.” kata Ezcterno sambil
berlari menuju Raffael.
“Jangan Ezcterno, kau terlambat. Tak ada
wa.....Ezcterno!” panik.
“Argh...!” geram Ezcterno terpelanting
akibat misil – misil yang mencoba ia hadang.
“Ezcterno! Sialan kalian semua!” kata
Steven menatap tajam pasukan Franco.
Steven tiba – tiba terbang ke atas
kerumunan tentara Franco. Ia bermaksud untuk membuat badai yang sangat dasyat.
Seketika langit berubah hitam kelam. Petir mulai menyambar dan angin puting
beliung mulai berputar menghantam pasukan Franco.
Sementara itu, Ezcterno segera lari
menuju Raffael dan menutupinya dengan cawan kayu yang kuat. Sungguh gelap
didalam sana. Hanya getaran tanah yang dapat mereka rasakan. Dengan hati
gelisah, Ezcterno hanya bisa menunggu Raffael selesai membuat dunia cermin.
“Nah, selesai Ezcterno. Kau tidak apa –
apa kan?” melihat cemas kondisi Ezcterno.
“Aku tidak apa – apa.” jawab Ezcterno
dengan nada datar.
“Sekarang ayo kita keluar dan menghabisi
mereka semua.” kata Raffael tak sabar.
Keluar dari cawan, sungguh terkejut
melihat keadaan Steven yang berlumuran darah. Terlihat banyak luka tembak di
tubuhnya tapi ia masih mengambang di udara.
“Kakak.....!” teriak Raffael.
Melihat kondisi Steven yang parah,
Ezcterno dan Raffael segera menuju ke tempatnya.
“Raffael...!” kata Raden merintih
kesakitan.
“Raden..., ada apa? Cepat katakan!”
membentak – bentak Raden tak sabar ingin segera membunuh tentara Franco.
“Teleportasikan sisa prajurit Franco ke
sabana disana! Aku akan mengurus sisanya.” Sambil menunjuk sabana yang
dimaksud.
Tanpa pikir panjang, Raffael segera
menteleportasikan sisa prajurit Franco beserta Franco didalamnya. Dalam
hitungan detik, mereka sudah berpindah ke sebuah sabana luas nan hijau.
“Kita dimana ini?” kata para prajurit
Franco bimbang.
“Tetaplah waspada, ini mungkin
perangkap!” kata Franco memperingati pasukannya.
Tak lama kemudian Raden muncul.
“Terkejut melihatku Franco?” dengan luka
yang parah berusaha menyembunyikan rasa sakitnya itu.
“Kau....! Sialan kau!” teriak Franco
sambil menggeram gemas.
“Sekarang matilah bersamaku...!
Franco...!” teriak Raden mengerikan.
Sekejap setelah terdengar bunyi ledakan
keras, sabana itu berubah menjadi gurun pasir halus. Raffael hanya dapat
melihat Raden mati bersama Franco dan tentaranya. Tak disangka. Semuanya
menjadi pasir yang dingin.
Sementara itu Steven juga berniat
mengakhiri hidupnya bersama dengan sisa para penduduk Atlantis dan Viking. Ia
menggunakan kekuatan terakhirnya untuk membumi hanguskan kota Atlantis itu.
Bumi bergoncang. Laut membelah. Langit –
langit seperti mau runtuh. Petir menyambar dimana – mana. Angin puting beliung
mengobrak – abrik bangunan – bangunan Atlantis. Yang tersisa hanya puing – puing reruntuhan semata. Tak
terlihat tanda – tanda Steven disana.
“Steven....Steven...!” teriak Ezcterno
khawatir.
Berjalan menyusuri kota tanpa menemukan
tanda – tanda dari Steven membuat Ezcterno makin cemas. Ia terus menyusuri kota
dan berharap agar Steven masih selamat dari insiden yang ia buat sendiri.
“Steven bodoh! Aku yakin ia selamat!
Tapi.....Aaaah, aku yakin ia pasti selamat!” mencoba meyakinkan diri berulang
kali.
Tapi apadaya, terlihat dari kejauhan
pedang Steven menancap kuat di tanah. Spontan ia segera menuju kesana. Sebuah
pedang dan seutas kalung yang tidak diragukan lagi itu adalah milik Steven. Ia
pun merasa sedih. Bagaimana ia mengatakan hal ini kepada Raffael?
Sementara itu, Raffael juga tak tau
harus mengatakan apa pada Ezcterno. Ia juga tidak tau kalau kakaknya mati
bersama penduduk Atlantis.
Perang pun usai saat pagi menjelang. Tak
satupun bunyi angin membuat suasana makin mencekam. Raffael dan Ezcterno
akhirnya bertemu kembali. Awalnya, Raffael ingin melarikan diri dan menyimpan
rahasia itu rapat – rapat. Tapi setelah ia mendengar kematian kakaknya di kota
Atlantis, badannya langsung lemas seraya mau pingsan. Ia pun mengatakan bahwa
Raden juga meninggal.
“Bagaimana dengan dunia cerminnya?” kata
Ezcterno dengan serius.
“Maaf, dunia cerminku hancur akibat
pertempuran tadi.” jawab Raffael dengan wajah murung.
“Sial! Semuanya sia – sia.” kata
Ezcterno dengan raut muka agak kesal.
“Maafkan aku...., aku hanya......”
Raffael mengelak.
“Aku tak kan membuat pengorbanan Steven
dan Raden sia – sia.” kata Ezcterno.
Ezcterno tiba – tiba berubah menggunakan
mode masternya. Ia bermaksud untuk memperbaiki kesalahannya yang membuat bumi
porak poranda meskipun tidak semuanya begitu. Tapi, rasa bersalah tetap ada
pada diri Ezcterno.
“Apa yang kau lakukan Ezcterno?” Tanya
Raffael cemas.
“Aku akan memperbaiki kesalahanku!”
berteriak kepada Raffael. “Aku akan menyatu dengan alam dan membuat bumi hijau
kembali!”
“Tapi bagaimana dengan ku? Apa kau mau
meninggalkanku sendirian?” Raffael merasa bingung.
“Tidak Raffael......! Aku tak kan
meninggalkamu. Aku hanya menyatu dengan alam ini. Kau akan tahu bagaimana cara
memanggilku suatu saat nanti.” Kata Ezcterno mulai menghilang.
“Tapi.....”
Ezcterno menghilang menjadi dedaunan
yang gugur beterbangan. Tumbuhan mulai muncul dari permukaan tanah seiring
dengan hilangnya Ezcterno yang meninggalkan Raffael sendirian.
Sekarang Raffael sendirian. Ia tertegun
melihat semua teman – temannya meninggalkannya sendirian. Ia tak tahu harus
kemana. Biasanya, ia bertindak sesuai misi yang di berikan. Tapi sekarang, tak
ada misi yang dapat ia jalankan.
Ia memutuskan untuk terus berjalan
mengitari bumi. Rasa putus asa yang sangat kuat sesekali menyuruhnya untuk
bunuh diri saja. Tapi, ia teringat perkataan Ezcterno. “Aku akan memperbaiki
kesalahanku!” kata itu yang terus mendengung di telinga Raffael. Dengan
berjalan terpondong – pondong, ia akhirnya beristirahat di sebuah pohon yang
rindang nan besar.
Ia berpikir tentang kesalahannya waktu
itu. Tak terasa, air mata melinang di pipinya. Ia mencoba mengusap air matanya
dengan lengan sebelah kanannya. Tak disadari, ia telah memegang pedang dan
kalung yang dimiliki oleh ketiga temannya itu. Dengan penuh rasa bersalah ia
memandangi ketiga pedang milik temannya itu.
Setelah lama memperhatikan ketiga pedang
itu, tiba – tiba Raffael berdiri cepat. Terlihat ekspresi muka yang berbeda tak
lagi murung. Ia sepertinya memiliki inisiatif baru yang membuat ekspresinya
spontan berubah serius.
Tak disangka, ia memasukkan aksesoris
ketiga temannya itu kedalam sebuah dimensi dan membuangya ke penjuru – penjuru
dunia. Ia berharap suatu saat akan ada orang yang berjuang bersamanya lagi.
Tetapi, kalau pun mereka jatuh ketangan orang – orang jahat, Raffael tak kan
segan – segan membunuh dan mengambilnya kembali.
Nah, tujuan baru sudah didapat.
Petualangan melintasi waktu yang terus berputar membuat Raffael menemukan hal –
hal baru. Ia yakin, bahwa ia akan menemukan seseorang yang memiliki kekuatan
sepertinya. Seorang yang ia yakini akan mengembalikan kehormatan para master.
Seorang yang akan berjuang bersamanya. Seorang yang akan menjadi temannya.
Seorang BITERS.
*********
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete